Waspada Sindrom Nefrotik pada Anak: Kebocoran Ginjal yang Membahayakan
Sindrom nefrotik, atau kebocoran ginjal pada anak, merupakan kondisi serius yang seringkali luput dari perhatian karena gejalanya yang ringan atau bahkan tak terlihat. Dr. dr. Ahmedz Widiasta, Sp.A, Subsp.Nefro(K), M.Kes., anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengingatkan para orang tua akan pentingnya kewaspadaan.
Gejala awal seringkali berupa pembengkakan, terutama di wajah saat bangun tidur, yang mereda di siang hari dan kembali muncul keesokan harinya. Gejala lain meliputi berkurangnya frekuensi buang air kecil dan perut yang membuncit. Namun, penting diingat bahwa tidak semua kasus menunjukkan pembengkakan. Protein dapat bocor ke urine tanpa disertai pembengkakan, sehingga sulit dideteksi.
Salah satu indikator sederhana adalah adanya busa pada urine anak, yang menandakan kebocoran protein. Ketidakmampuan mendeteksi kebocoran protein inilah yang lebih berbahaya. Oleh karena itu, kewaspadaan orang tua sangat penting.
Jika tidak segera ditangani, sindrom nefrotik dapat menyebabkan komplikasi serius jangka pendek, seperti gagal sirkulasi darah yang mengancam organ vital, gangguan ginjal akut yang mungkin memerlukan cuci darah, dan gangguan pernapasan akibat penumpukan cairan di perut. Dampak jangka panjangnya bahkan lebih mengkhawatirkan, meliputi penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal tahap akhir yang membutuhkan cuci darah seumur hidup.
Dr. Ahmedz menekankan pentingnya deteksi dini karena dampak jangka panjang sindrom nefrotik baru terasa 2-5 tahun setelah diagnosis awal. Oleh karena itu, perhatian dan kewaspadaan orang tua terhadap gejala-gejala yang mungkin tampak sepele sangat krusial untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Posting Komentar