Manipulasi Nilai Transfer Pemain: Strategi Keuangan Chelsea dan Aston Villa Dipertanyakan

Table of Contents

Penggelembungan nilai transfer pemain, praktik manipulasi nilai jual beli pemain untuk keuntungan finansial atau menghindari regulasi seperti Financial Fair Play (FFP), sedang menjadi sorotan. Chelsea dan Aston Villa diduga terlibat dalam praktik ini.

Modus yang digunakan meliputi pertukaran pemain dengan nilai transfer yang jauh di atas harga pasar. Hal ini menciptakan keuntungan modal (capital gain) fiktif dalam laporan keuangan, meskipun aliran kas sebenarnya jauh lebih kecil. Teknik lain adalah penyebaran biaya transfer yang tinggi ke dalam kontrak jangka panjang (7-8 tahun), sehingga beban finansial tahunan tampak lebih rendah. Aturan baru Premier League kini membatasi durasi amortisasi biaya transfer.

Chelsea, sejak kepemilikan baru, sering membeli pemain muda dengan harga tinggi dan kontrak berdurasi panjang, seperti Joao Pedro (£60 juta) dan Jamie Gittens (£55 juta). Strategi ini bertujuan meminimalkan dampak pengeluaran transfer besar (£560 juta untuk lini depan sejak 2022) terhadap sanksi FFP.

Aston Villa juga menerapkan strategi serupa, dengan menjual dan membeli pemain dengan nilai tinggi untuk menyeimbangkan laporan keuangan. Contohnya, penjualan Jhon Duran ke Al Nassr dengan harga tinggi, kemudian digunakan untuk membeli pemain lain seperti Donyell Malen dan Andres Garcia. Teknik ini bertujuan menghindari pelanggaran Profit and Sustainability Rules (PSR). Penjualan pemain dengan kontribusi lapangan minim, serta strategi peminjaman dengan opsi pembelian, juga dimanfaatkan untuk mempengaruhi audit keuangan.

Pertanyaannya, apakah strategi ini merupakan kecerdikan finansial atau tindakan yang curang? Praktik ini patut dipertanyakan dan diawasi lebih ketat mengingat potensinya untuk mengaburkan gambaran keuangan klub dan melanggar aturan FFP dan PSR.

Posting Komentar

Manipulasi Nilai Transfer Pemain: Strategi Keuangan Chelsea dan Aston Villa Dipertanyakan